MakassarSatu.com, Makassar | Ketua Forum Peduli Masyarakat Pendidikan Sulsel yang juga Ketua Forum Komite Sekolah Makassar, Bachtiar Adnan Kusuma, kembali mengajak dan menyeruhkan seluruh orang tua agar bersama-sama secara kolosal mengantar anak ke sekolah masing-masing, Senin 15 Juni 2019. Ajakan dan kampanye mengantar anak pada hari pertama di edisi tahun ajaran baru 2019 sekaligus menunjukkan sebuah pembuktian bahwa pendidikan yang baik harulah melibatkan peran orang tua. Tanpa peran dan keterlibatan orang tua, mustahil pendidikan yang baik bakal terwujud. Karena itu, tokoh penggerak literasi Sulsel ini mengajak para orang tua bersama-sama mengantar anak sekolah sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan bermutu butuh keterlibatan para orang tua
Menurut BAK, dengan mengantar anak-anak ke sekolah pada hari pertama sekolah, selain pembuktian bahwa orang tua serius ikut berperan serta mengawal pendidikan anak-anaknya, juga sebagai implementasi UU N0. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mewajibak peran serta orang tua siswa dalam mendukung satuan pendidikan. Dengan hadirnya orang tua di sekolah, membuktikan bahwa masa depan anak-anak mereka bukan hanya tanggungjawab sekolah, tapi tanggungjawab orang tua. Saat ini, lanjut BAK pihak sekolah membutuhkan peran serta orang tua siswa terutama mengawal pendidikan anak-anak mereka. Dukungan keterlibatan para orang di sekolah, boleh jadi menjadi pelecut dan penyemangat pihak sekolah terutama dalam mendidik anak-anak mereka. “ Faham yang keliru selama ini bahwa tugas pendidikan hanya urusan sekolah adalah tidak benar. Waktu anak-anak di sekolah hanya terbatas, tapi mereka lebih banyak berinteraksi di rumah lebih banyak waktunya daripada di sekolah,” kata. Bachtiar Adnan Kusuma, Minggu (14/07/2019) di acara rutin Perpustakaan Lorong Parangtambung.
Sementara itu, Ketua Komite SDN Inpres Maccini Sombala I ini, kembali mengingatkan agar para orang tua sebaiknya bersepakat merintis komitmen bersama keluarga memberi penghargaan pada jam-jam belajar anak-anak di rumah. Carannya, dengan membuat kesepakatan bersama keluarga bahwa pada jam-jam belajar anak-anak pada pukul 18.00 sore sampai 22.00 malam adalah waktu khusus untuk belajar dan membaca buku. Bayangkan saja, nyaris waktu anak-anak habis di depan TV sekitar 3 sampai 5 jam perhari hanya menonton TV. Jadi setahun ada sekitar 1.600 jam waktu mereka habis hanya menonton TV. Padahal kalau waktu membaca 15 menit saja perhari, maka anak-anak kita dalam setahun akan menguasai 1.575.000 kata dari buku-buku yang mereka baca. Gerakan TV dan HP Mati pada jam belajar anak-anak mestinya digerakkan sebagai sebuah gerakan budaya keluarga bahwa pada jam-jam tersebut tak boleh ada HP dan TV hidup. “ Namanya kita gelar Gerakan TV Mati, Gerakan HP Mati,” tegas BAK. Semula berat mematikan HP pada hari Minggu mulai jam 18.00-22.00 malam sampai hari Jumat, termasuk TV mati. Saya yakin dan percaya ini menyangkut pembiasaan dan budaya kalau sudah terbentuk dan terbiasa tak ada yang berat. Kami telah mengamalkan dalam internal keluarga kami Gerakan TV dan HP Mati sejak 2003 lalu sampai sekarang,’’ jelas pembelajar parenting ini.
“Ayo kita gerakkan secara kolosal Gerakan Mengantar Anak ke Sekolah pada pukul 07.00 pagi dan Gerakan TV Mati pada Pukul 18.00-22.00 malam dari Minggu hingga Jumat,’’ kunci Ketua LPM Parangtambung Makassar ini. (**)